Selasa, 19 April 2011

Surat Kecil Untuk TUHAN Di Rumah Pohon



Qinar adalah seorang anak perempuan yang sangat tertutup sejak kecil.
Bahkan pada ibunya pun dia tidak pernah mau menceritakan segala masalahnya. Saat dia masih kecil dia sudah menunjukkan kepribadian dia yaitu seorang anak yang cerdas, penurut dan tentunya rajin. Keluarganya sangat bangga kepadanya. Namun sang ibu khawatir pada dia, karena dia tidak pernah mau menceritakan masalah yang dihadapi dan tidak pernah meminta apapun pada orang tuanya, walaupun orang tuanya adalah orang yang bisa dibilang lebih dari berkecukupan.
Suatu hari sang ibu bercerita kepada Qinar tentang seorang anak yang selalu mengirim surat untuk TUHAN yang diletakkan pada rumah pohon. Sang ibu hanyalah mengarang cerita tersebut, sang ibu berharap Qinar akan melakukan hal yang dilakukan “seorang anak dalam cerita”, supaya yang ibu mengetahui apa yang ingin diinginkan Qinar.harapan sang ibu pun terkabul, Qinar menulis surat kecil yang kemudian diletakkan di rumah pohon belakang rumahnya.
Setiap hari, Qinar selalu menulis surat yang kemudian diletakkan di rumah pohon belakang rumahnya. Sang ibu selalu mengambil dan menuruti segala keinginan Qinar yang ada dalam suratnya. Sang ibu juga selalu membantu masalah yang diceritakan Qinar dalam suratnya, namun membantunya tidak secara terang-terangan, sang ibu membantu masalah Qinar seolah-olah Qinar yang menyelesaikan masalahnya tanpa ada campur tangan ibunya.
Suatu ketika surat Qinar masih berada dirumah pohon, Qinar gelisah karena setiap surat yang ia tulis akan hilang setiap pagi. Qinar pun bertanya pada sang ibu, “apa seorang anak yang meletakkan surat untuk TUHAN selalu diterima oleh TUHAN bunda??”. Sang ibu yang memang sengaja tidak mengambil surat di rumah pohon itu berkata,”ooh tentu tidak selalu, si anak itu harus rajin beribadah dan berbakti pada orang tuanya”. Setelah mencium tangan sang ibu, Qinar langsung meletakkan kembali suratnya dirumah pohon dan melakukan apa yang telah dikatakan oleh sang ibu.
Suatu saat sang ibu merasa resah dengan perubahan sikap Qinar yang menginjak remaja itu. Sang ibu khawatir Qinar akan terjerumus pada pergaulan yang tidak baik. Sang ibu sudah melakukan hal yang biasa dilakukannya yaitu tidak mengambil surat di rumah pohon, namun usaha ibu tetep tidak berhasil. Qinar tetap saja pulang larut malam, dengan alasan mengurus organisasinya disekolah baik ekskul maupun OSIS. Namun sang ibu tidak pernah percaya, karena kekhawatirannya pada Qinar yang sangat terlalu.
Suatu hari sang ibu dan Qinar bertengkar hebat, karena kali ini Qinar pulang menjelang subuh, dengan alasan mengatur kepanitiaan acara sekolah. Namun sang ibu tidak mau mengerti, mereka pun bertengkar hingga sang ayah kualahan mendamaikan mereka berdua. Keesokan paginya, sang ibu mengambil surat di rumah pohon, sang ibu sangat terkejut dengan yang ditulis Qinar yaitu “ya TUHAN cabutlah nyawa ibuku atau kalo tidakcabut saja nyawa Q”.
Setelah membaca surat itu sang ibu langsung jatuh sakit, namun sikap Qinar tidak begitu memperdulikannya. Hingga akhir hayat sang ibu, Qinar hanya bisa menyesal karena dia belum sempat berbaikan kepada ibunya. Qinar menangis tersedu-sedu di rumah pohon tempat dia biasa meletakkan suratnya. Tiba-tiba sorot matanya melihat sepucuk surat, Qinar kemudian mengambil dan membaca surat itu. Ternyata surat itu berisi “maafkan ibu yang terlalu sayang pada Qinar hingga membuat Qinar merasa tidak nyaman, ibu akan mengabulkan lagi permohonan Qinar yang kesekian kalinya, tapi maaf ini terakhir kalinya ibu mengabulkan permohonan Qinar, karena ibu tidak akan bisa mengambil surat Qinar di rumah pohon ini lagi. Salam kasih sayang ibu yang tak akan berakhir untuk Qinar”. Sekarang hanya ada seorang Qinar yang meneteskan beribu air matanya untuk penyesalan yang telah dilakukannya.
TAMAT

Tidak ada komentar:

terima kasih atas kunjungan anda :]
Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info